Notification

×

Iklan

Iklan

Tidak Aman, FBI dan NASA Larang Pegawainya Gunakan Aplikasi Zoom

Rabu, April 08, 2020 | 13.47 WIB | Last Updated 2020-04-08T06:49:19Z

Gen-ID | IPTEK - Pandemi virus corona membuat Zoom banyak diandalkan pegawai maupun pejabat lantaran mudah digunakan untuk meeting jarak jauh. Eric Yuan, CEO Zoom mengklaim pada bulan Maret, setiap harinya ada 200 juta meeting digelar melalui Zoom.

Namun, belakangan perusahaan itu diterpa isu privasi dan keamanan setelah ada kasus orang tak dikenal bisa ikutan nimbrung dalam sebuah rapat online. Sehingga FBI dan NASA pun melarang pegawainya menggunakan aplikasi cloud meeting itu.

Zoom juga ketahuan mengirim data pengguna secara otomatis ke Facebook meski belakangan Zoom mengatakan telah memperbaikinya dengan mengoreksi kode pemograman untuk aplikasi iOS yang berjalan pada iPhone.

Merespon hal itu, CEO Zoom Eric Yuan meminta maaf lewat sebuah postingan di blog perusahaan.

"Kami menyadari bahwa kami kurang memenuhi harapan privasi dan keamanan komunitas dan kami sendiri," kata Eric Yuan seraya menambahkan, "untuk itu saya benar-benar minta maaf."

Untuk 90 hari ke depan, kata Eric, Zoom tidak akan menambahkan fitur baru dan berfokus memperbaiki masalah yang ada. Mereka telah menghentikan fungsi pengiriman data ke Facebook yang dipersoalkan banyak pihak.

FBI pun telah mengumumkan sedang menyelidiki Zoom karena dikhawatirkan kurang aman dan dapat disusupi hacker.

Peringatan FBI dirilis setelah menerima dua laporan tentang individu yang tidak dikenal menyerbu sesi sekolah saat menggunakannya Zoom. Serangan itu dikenal sebagai fenomena "Zoombombing".

Lalu ada juga gugatan yang dilayangkan ke pengadilan California di Amerika Serikat lantaran Zoom terindikasi membagikan data tanpa meminta persetujuan penggunanya ke Facebook saat seseorang login ke Zoom menggunakan akun Facebook.

“Saat memasang atau setiap membuka aplikasi Zoom, Zoom mengumpulkan informasi pribadi penggunanya dan mengungkapkan, tanpa pemberitahuan atau otorisasi yang memadai, informasi pribadi ini kepada pihak ketiga, termasuk Facebook, yang menyerang privasi. jutaan pengguna,” tuduh gugatan itu.

Menurut Eric, tadinya Zoom dibuat terutama untuk institusi besar dengan dukungan TI penuh seperti universitas, badan pemerintahan atau lembaga keuangan. Maka, ketika penggunanya meledak karena pandemi Covid-19, mereka abai mengantisipasinya.

"Kami tidak mendesain produk dengan perkiraan bahwa, dalam hitungan minggu, setiap orang di dunia mendadak bekerja, belajar dan bersosialisasi di rumah. Kami sekarang punya pengguna yang jauh lebih luas, menghadirkan tantangan yang tidak kami antisipasi," kata Eric.

Di Amerika, Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), turut melarang karyawannya menggunakan Zoom. Informasi ini diucapkan Stephanie Schierholz, juru bicara NASA kepada Reuters.

Situs berita investigasi The Intercept pada Selasa (31 Maret 2020) melaporkan video Zoom tidak dienkripsi end-to-end antara peserta rapat. Malahan, perusahaan itu diduga mempunyai kunci dekripsi untuk dapat melihat sesi video rapat.

Zoom kemudian merilis bantahan yang meminta maaf kepada penggunanya. Disebutkan bahwa Zoom telah menggunakan enkripsi end to end.

"Zoom selalu menggunakan enkripsi untuk melindungi konten dalam skenario sebanyak mungkin, dan dengan semangat itu, kami menggunakan istilah enkripsi end to end," tulis Zoom dalam postingan blog-nya.


×
Berita Terbaru Update