Notification

×

Iklan

Iklan

Mengapa Remaja Harus Melek Kesehatan Reproduksi? Ini Penjelasan TPM Biologi Kesehatan FKUI

Sabtu, Januari 09, 2021 | 20.02 WIB | Last Updated 2021-01-09T13:08:33Z


GEN-ID | Masih banyak yang menganggap pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi tabu untuk dibahas secara terbuka. Organ reproduksi dianggap sesuatu yang sakral, bersifat privasi dan rahasia dengan alasan adat ketimuran. Akibatnya si pemilik  organ reproduksi  tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai organ tersebut dan bagaimana cara menjaganya. Pada akhirnya justru menimbulkan masalah baru buat rmaja, keluarga dan masyarakatnya.

Sebenarnya pengetahuan kesehatan reproduksi tak hanya wajib, harus, kudu diketahui remaja, tapi juga buat orang tua dan kerabat terdekat remaja. Karena remaja biasa mengalamai galau, halu, rungsing saat mengalami perubahan-perubahan pada tubuhnya di masa pubertas. Seperti cowok bingung lihat jakun mulai keliatan seperti nelen biji salak, jerawatan atau mulai tumbuh rambut di sana-sini. Begitu juga buat cewek yang dadanya tiba-tiba berasa membesar dan mengkal, dan terutama saat pertama kali mengalami menstruasi, apalagi ngocor pertama kali di sekolahan. Horror, deh.

Hal-hal seperti diatas biasanya ditandai dengan seringnya remaja bolak-balik ngaca memperhatikan tubuhnya. Iya, kan? Udah ngaku aja, dosen, guru dan yang nulis pernah ngalamin  masa-masa itu soalnya.

Nah, buat ngatasin  masalah pembatasan pertemuan kerumunan dalam protokol kesehatan selama pandemi Covid-19,  TPM (Tim Pengabdian Masyarakat)  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tanggap perlu adanya sosialisasi pengetahuan mengenai reproduksi di masa pubertas dalam bentuk webinar kepada para siswa-siswi SMP/SMA serta guru.

Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi disamping Penelitian dan Pengembangan, serta Pendidikan dan Pengajaran.

Tim Pengabdian Masyarakat UI dalam webinar ini  terdiri dari para dosen Biologi Kesehatan dari Fakultas Kedokteran UI, dan sebagai tuan rumahnya adalah SMPN 126 Jakarta Timur yang nama Kepala Sekolahnya Ibu Ekasari Kartika Ningtyas. Buseeet, dah. Fotonya burem, maafin ya, bu.


Salah satu hal penting yang diajarin sama para dosen, adalah disiplin mandi dua kali sehari. Soalnya di masa pandemi ini kan para siswa-siswi menjalani Pembelajaran Jarak Jauh alias PJJ yang bisa dilakukan sambil tiduran, nonton tv, dan nggak perlu mandi pagi. Tak jarang malah kebablasan jadi nggak mandi seharian sampai tidur lagi. Itu bahaya buat organ reproduksi. Bisa jamuran, tauk!



Para dosen, kali ini memang ngajarin materi edukasi bagi remaja siswa-siswi SMP dan SMA supaya memahami  anatomi dan fisiologi organ reproduksinya, dan menjaga kebersihan serta kesehatan agar terhindar dari penyakit dan kekerasan seksual.

Mereka adalah para ahli dari Tim Pengabdian Masyarakat UI yang terdiri dari Dr. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed sekaligus sebagai ketua kegiatan,  dr. Dewi Sukmawati, M.Kes., PhD.,  Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed., Sp.P.Deswaty Furqonita, S.Si., M.Biomed.,  dan Dr. drg. Dwirini Retno Gunarti, MS


Yang mengejutkan ternyata  peserta cukup antusias (atau mungkin karena diwajibin sama guru?). Soalnya yang ikut webinar ini sampai 700 peserta. Tapi wajar saja sih apalagi  selain pesertanya siswa siswi SMPN 126  Jakarta Timur, ada juga dari FGPI (Forum Guru Peneliti Indonesia) provinsi Jawa Tengah yang merupakan para guru pembimbing penelitian tingkat SMP dan SMA di Jawa Tengah. Ketiganya yaitu UI - SMPN 126 - FGPI ini bekerjasama ngadain acara yang diinisiasi dan disponsori PengMas UI.

Apa saja sih materinya? Dan mengapa kalian para remaja mesti tahu, melek, dengan kesehatan reproduksi?

Buat kalian yang ikutan webinarnya tapi sudah lupa materinya, atau yang nggak ikutan tapi pengen tahu. Di bawah ini sahabat kalian dari redaksi Generasi Indonesia mencatat beberapa hal yang dikutip dari para pemateri.


Dr. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed 

Dosen Biologi Kesehatan FKUI dan peneliti kelainan genetik kromosom Y pada pria infertil ini menjelaskan struktur anatomi dan fisiologi organ reproduksi dan beberapa fenomena yang dialami oleh remaja pria. Mulai dari proses pembentukan sperma (spermatogenesis), bagaimana terjadinya perubahan yang dialami oleh remaja pria pada masa pubertas seperti mimpi basah,  terjadinya  ereksi, ejakulasi, sampai terjadinya orgasme.

Dijelaskan juga perubahan yang terjadi pada wanita yang memasuki masa pubertas  seperti proses pembentukan sel telur (oogenesis), menstruasi, ovulasi, siklus mamae (perubahan bentuk payudara) dan proses terjadinya kehamilan.

"Kondisi informasi yang minim dan menyesatkan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja dan didukung oleh perkembangan emosi yang masih labil, seringkali  membuat remaja dihadapkan pada kebiasaan yang tidak sehat, seperti seks bebas, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat, dan suntikan. Minimnya pengetahuan reproduksi pada remaja dapat  memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, antara lain pernikahan usia muda, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, infeksi menular seksual, kekerasan seksual, dan lain-lain yang cukup meresahkan di kalangan masyarakat," terang Dr. Dwi Anita Suryandari, M.Biomed.

Lanjut Dr. Dwi Anita Suryandari, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi  bisa menjadi pelindung awal yang dapat menghindarkan remaja dari melakukan aktivitas seksual di usia remaja.

"Remaja perlu mengetahui bahwa melakukan aktivitas seksual di usia dini, di saat organ reproduksi belum berkembang secara sempurna, sejatinya akan meningkatkan risiko kesehatan secara  fisik dan mental bagi dirinya sendiri. Belum lagi risiko yang harus dihadapi seandainya remaja tidak menjaga kebersihan dan kesehatan organ, reproduksinya," ungkap Dr. Dwi Anita Suryandari.

Oleh karena itu, terang peneliti kelainan genetik kromosom Y pada pria infertil ini diperlukan pengetahuan sejak dini mengenai organ reproduksi yang dimiliki oleh dirinya maupun yang dimiliki oleh lawan jenisnya.

"Pengetahuan tersebut selayaknya perlu dimiliki agar baik remaja laki-laki dan perempuan perduli dengan risiko kesehatan yang dimiliki kedua belah pihak," ujarnya.

Itu sebabnya perlu ditumbuhkembangkan kesadaran sejak dini agar remaja menjaga kesehatan reproduksi. Sebab, masa remaja adalah waktu terbaik untuk melatih kebiasaan menjaga kebersihan, yang bisa menjadi aset dalam jangka panjang.



dr. Dewi Sukmawati, M.Biomed

Asisten Profesor asal Unibraw yang menjagar di FKUI ini menjelaskan bagaimana perilaku atau kebiasaan baik yang harus dilakukan oleh remaja dalam menjaga kesehatan organ reproduksinya. Seperti mandi minimal dua kali sehari, memakai pakaian dalam dengan bahan yang menyerap keringat agar tidak membuat organ reproduksi menjadi lembab dan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.




"Pada dasarnya remaja harus  memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi. Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan," terang dr. Dewi Sukmawati.

Lanjut dr. Dewi Sukmawati, "dengan memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi serta cara menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan hal-hal yang dapat merugikan."

Diungkapkan dr. Dewi, pengetahuan seputar masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja putri saja. "Remaja laki-laki juga harus mengetahui serta memahami cara menjaga organ reproduksinya  agar tetap sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya bisa memberi dampak merugikan pada remaja laki-laki baik secara fisik maupun psikologis," ujarnya.

Dokter Dewi juga menjelaskan  bagaimana melindungi diri dari kekerasan seksual yang saaat ini marak terjadi di masyarakat. "Remaja juga  perlu dikenalkan dengan hak-hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang kekerasan seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara untuk mencegahnya," terangnya.




Dr. Anna Rozaliayani, M.Biomed Sp.P(K)

Nah, dokter satu ini nggak asing buat yang suka diam-diam konsultasi lewat online halodoc.

Di webinar ini dokter Anna menjelaskan mengenai berbagai infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur yang dapat  menyerang organ reproduksi.

Diungkapkan Dr. Anna, mikroorganisme seperti Trichomonas vaginalis, jamur Candida, menyebabkan nyeri pada saat berkemih dan virus HIV bepotensi menyebabkan terjadinya penyakit herpes pada organ kelamin.

Diungkapkan Dr. Anna, para remaja juga rentan untuk mengalami risiko penyakit bila tidak memahami kesehatan reproduksi. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan dan disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa.


"Dengan mengetahui risiko yang mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksinya," kata Dr. Anna.

Dengan bekal pengetahuan ini diharapkan remaja dapat tumbuh kembang secara sehat dan bertanggung jawab untuk mengerti hak atas organ reproduksinya, dengan tidak mudah melakukan penyimpangan perilaku seperti melakukan seks bebas dan di luar nikah, serta eksploitasi lain yang dapat menyebabkan infeksi organ reproduksi.

Remaja sehat masa depan bangsa!


Reporter: Agus Wiebowo
Editor: Mahar Prastowo

×
Berita Terbaru Update