GEN-ID 🇮🇩 | Jakarta - "Tudingan
bahwa anggota DPR itu kerjanya tidur saja di sidang, tidak mau
memperjuangkan rakyat dan sebagainya yang kerap kami dengar sebelumnya,
ternyata sama sekali tak terbukti," ujar Hadijah Alfiah, peserta Magang di Rumah Rakyat dari Fakultas Psikologi
Universitas Negeri Makassar.
Setelah belasan jam mengikuti rapat
yang melelahkan, sebenarnya sangat wajar apabila ada anggota DPR yang
kelelahan dan tertidur di ruang sidang.
"Tapi itu sama sekali bukan
berarti seluruh anggota dewan kerjanya hanya tidur saja di ruang sidang.
Framing seperti itu saya yakin akan bisa diluruskan karena adanya
program ini," kata Hadijah yang kini bersemangat menjadi pencerita guna meluruskan citra DPR RI di masyarakat.
Kendati begitu, Hadijah mengaku
belum terpikir untuk terjun ke dunia politik selepas kuliah seperti
banyak peserta magang lainnya.
"Belum terpikir ke sana. Karena bahkan
setelah ikut magang ini pun, politik itu rasanya masih sesuatu yang
asing buat saya," katanya.
Pendapat dan minat yang beragam tentu
sangat bisa dipahami. Namun satu hal yang pasti dari penyelenggaraan
Magang di Rumah Rakyat ini adalah tumbuhnya rasa dekat dari para
mahasiswa yang merupakan bagian dari rakyat terhadap "rumah" mereka, di
mana segala kebijakan untuk kemaslahatan bangsa diolah, dimasak dan
ditata sebelum akhirnya disajikan.
Hadijah adalah salah satu dari 200 peserta Magang di Rumah Rakyat, yang lolos seleksi dari 18 ribu pendaftar.
Kisah menarik lainnya dari Ahan, yang pada September
2019, R.H.I. Taufiqurrahman atau biasa disapa Ahan, mahasiswa Fakultas
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Negeri Jakarta, turun ke jalan
bersama ribuan mahasiswa dari berbagai kampus, meminta Presiden Joko
Widodo membatalkan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi
(revisi UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP).
Seperti
mahasiswa lain dan juga sebagian besar masyarakat, Ahan beranggapan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tak bekerja maksimal membahas berbagai
undang-undang tersebut. Para mahasiswa merasa, lembaga legislatif yang
kantornya menjadi lokasi utama demonstrasi kala itu terlalu lamban dan
tak berpihak pada rakyat. Mahasiswa ingin DPR bekerja cepat dan
semestinya tak bermalas-malasan.
Pendapat tersebut sirna
manakala Ahan mengikuti program Kampus Merdeka, "Magang di Rumah Rakyat"
yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi
bekerjasama dengan Sekretariat Jenderal DPR RI sejak akhir September
2021 lalu. Keikutsertaan dalam program magang ini membuatnya memiliki
perspektif yang lebih lengkap dan seimbang tentang kerja DPR.
"Banyak
sih teman-teman yang meledek saya karena magang di sini. Mereka bilang,
2019 aksi di luar, 2021 masuk ke dalam. Tapi saya merasa program magang
seperti ini sangat baik dan bisa jadi sarana sosialisasi tentang kerja
DPR yang sama sekali tidak mudah," katanya.
Hal senada disampaikan Alfi Mutiara, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Soedirman.
"Saya
ikut Magang di Rumah Rakyat ini karena ingin mengetahui bagaimana
mekanisme kerja DPR. Selama ini, dari berita-berita yang saya baca dan
dengar, sepertinya kerja DPR itu sepertinya hanya rapat, rapat, rapat
saja. Kok gampang banget? Baru setelah masuk dan terlibat langsung di
DPR, saya tahu kalau rapat-rapat yang dilakukan bukan rapat yang
sederhana," kata Alfi yang mengikuti magang sebagai Parliament Trainee
ini.
Program Magang di Rumah Rakyat ini memang dimaksudkan untuk
mengenalkan DPR dan kinerjanya pada masyarakat, terutama generasi muda.
Saat menyambut para peserta Magang di Rumah Rakyat akhir September 2021
lalu, Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan, program ini diharapkan
bisa memberi pengalaman buat para mahasiswa untuk merasakan bagaimana
menjadi bagian dari proses perumusan kebijakan politik bangsa. Menurut
Puan, pengetahuan yang diterima para mahasiswa di kampus, akan menjadi
lengkap dengan pengalaman menjalani praktik langsung.
Saat
program Magang di Rumah Rakyat 2021 ini ditutup pada kamis (23/12)
kemarin, tak sedikit dari 200 peserta dari berbagai kampus yang
terseleksi dari 18 ribu pendaftar merasa memiliki perspektif yang baru
dan mengaku tertarik terjun ke dunia politik. Salah satu yang merasakan
hal ini adalah Nadia Tiarasari, mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan di
FISIP Undip.
"Karena saat magang di sini, kami merasa
benar-benar diwadahi aspirasinya," kata Nadia yang ingin memperjuangan
kesetaraan gender bila terjun ke politik.
"Kalau di DPR sendiri, selama
empat bulan ini saya merasa DPR ini ruang bekerja yang setara untuk
perempuan. Semua pekerjaan dapat di lakukan oleh semua irang tergantu g
kompetensinya. Tidak ada istilah pekerjaan lelaki atau pekerjaan
perempuan. Menurut saya, ini kondisi yang sehat untuk siapa pun bisa
berkembang," katanya.
Saat menutup program
tersebut, Ketua DPR RI mengatakan bahwa ia merasa bangga dengan
pencapaian para mahasiswa menuntasakan program tersebut dan bisa
merasakan bagaimana kerja-kerja politik yang terjadi di DPR RI.