GEN_ID🇮🇩 | Manado, 27 November 2025 — Dialog lintas agama dan budaya kembali menunjukkan dampak positifnya bagi kerukunan nasional. Hal ini tampak dalam kegiatan bedah buku “Nilai-Nilai Kebajikan Jamaah LDII: Dari Amal Saleh hingga Kemandirian” karya Ust. Dr. Ahmad Ali MD, M.A., yang digelar di Swiss-Belhotel Manado dan dihadiri tokoh adat, tokoh agama, akademisi, serta masyarakat umum.Salah satu pernyataan penting datang dari Ketua Umum Aliansi Masyarakat Adat Bolaang Mongondow Raya (Amabom Raya), Drs. H. Z.A. Jemmy Lantong, S.H. Ia menegaskan bahwa LDII telah menunjukkan keterbukaan yang jauh lebih kuat dibanding puluhan tahun sebelumnya, sekaligus dinilai mampu bersinergi dengan komunitas adat di Sulawesi Utara.
“Empat puluh lima tahun lalu, masyarakat mengenal LDII dengan stigma negatif. Namun setelah berinteraksi langsung, kami menemukan hal yang berbeda. LDII kini lebih terbuka dan mudah berkomunikasi dengan masyarakat adat,” ujarnya.
Jemmy menyebut perubahan pandangan tersebut banyak dipengaruhi interaksi dengan generasi muda LDII, khususnya Nasrullah Shifa dan Choir Mayyasya Rochmat, yang dinilainya berperan besar memperlihatkan karakter LDII yang santun, kritis, dan adaptif.
“Kebersamaan dalam LDII justru menginspirasi kami. Tokoh-tokoh mudanya menunjukkan bagaimana LDII dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan masyarakat luas,” tegasnya.
Ia juga mendorong agar kajian-kajian akademik mengenai LDII, termasuk buku yang dibedah dalam forum ini, dapat menjangkau lapisan masyarakat adat hingga tingkat akar rumput. Menurutnya, pemahaman yang benar dapat menghapus prasangka dan memperkuat kohesi sosial.
Jemmy menambahkan bahwa Amabom Raya siap melanjutkan sinergi dengan LDII, termasuk dengan jajaran kepengurusan LDII yang baru.
“Kami berharap hubungan ini terus berlanjut. Sinergi adat dan umat menjadi fondasi penting bagi keharmonisan di Bolaang Mongondow Raya, dan LDII telah berkontribusi dalam hal itu,” kata Jemmy.
Kegiatan bedah buku ini menegaskan kembali pentingnya dialog terbuka untuk memperkuat toleransi dan membangun narasi kebangsaan yang inklusif. Forum ini menjadi contoh bagaimana komunikasi antarkomunitas dapat meruntuhkan stigma lama dan menghadirkan kerja sama yang konstruktif di tingkat regional maupun nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar