Oleh: Mahar Prastowo
Kepala Departemen Humas SENKOM (Kamtibmas, Rescue, Bela Negara) 2012–2019
Kepala Departemen Humas SENKOM (Kamtibmas, Rescue, Bela Negara) 2012–2019
GENERASI-ID 🇮🇩| Graha BNPB, Senin pagi itu. Jakarta belum sepenuhnya padat, sisa gerimis malam memberi udara segar langka. Di lantai atas markas besar kebencanaan nasional, dua tokoh penting bertemu: Letjen TNI Dr. Suharyanto, Kepala BNPB, dan Dr. KP. Haji Katno Hadi, SE., MM., MH., Ketua Umum Senkom Mitra Polri periode berjalan, 2022-2027.
Pertemuan itu tak sekadar seremoni pasca-Lebaran. Bagi yang mengerti bagaimana kerja relawan sipil dalam semangat bela negara, ini adalah peristiwa penting. Penguatan koordinasi. Sebuah sinyal bahwa kekuatan pertahanan sipil kembali mendapat ruang dan legitimasi.
Syarat Pertama: Punya Penghasilan Tetap
Ada satu hal yang jarang diketahui publik: untuk menjadi anggota Senkom, syarat pertama adalah memiliki penghasilan tetap. Syarat ini diberlakukan sejak kepemimpinan awal Senkom, oleh H.M Sirot hingga kini.
Syarat ini bukan karena ingin menjauh dari kaum miskin. Tapi karena ini adalah strategi bertahan. Anggota yang mapan secara ekonomi tidak perlu mencari nafkah dari organisasi. Justru sebaliknya, mereka menopang organisasi. Mereka membawa HT sendiri. Membeli rompi sendiri. Bahkan kendaraan dan logistik pun urunan—bukan minta, tapi memberi.
Saya tahu pasti. Karena saat menjabat Kepala Humas Senkom Nasional 2012–2019, saya melihatnya dari dekat. Semangat gotong royong itu nyata. Dan dampaknya besar: ormas ini tak bersinggungan dengan praktik premanisme, seperti yang sering membuat ormas lain kehilangan kepercayaan publik.
Kemandirian ini membuat Senkom bisa menjalankan fungsinya secara profesional, bahkan melebihi ekspektasi banyak pihak. Mereka hadir di pos kamling, titik rawan bencana, hingga event nasional—tanpa pamrih, tanpa biaya dari negara.
Saat Gagasan Itu Lahir
Ketika Senkom membuka klaster kebencanaan dan membentuk SENKOM Rescue, banyak yang ragu. Apa ormas bisa tangani bencana?
Waktu itu, Ketua Umum Senkom masih H. Muhammad Sirot, SH., MH., seorang lawyer tenang yang juga salah satu pendiri Senkom. Di bawah kepemimpinannya, semangat pembentukan klaster-klaster tematik mulai tumbuh. Dan dalam diskusi-diskusi intens yang saya ikuti sebagai Humas, lahirlah gagasan filosofis untuk tiap klaster.
Untuk Senkom Rescue, saya pribadi mengusulkan—dan kemudian kita sepakati—semboyan yang kini menjadi identitas mereka: “Siaga Saat Aman, Ada Saat Dibutuhkan.” Semboyan ini bukan jargon kosong. Tapi refleksi dari watak dasar relawan: hadir tanpa diminta, dan tetap siaga walau tak diperintah.
Lalu digerakkan pelatihan besar-besaran di Situbondo, Jawa Timur, bekerja sama dengan BASARNAS dan BNPB. Pada periode awal pelatihan, Dihasilkan sebanyak 9.160 relawan ditempa. (Sumber: Buku Potensi Relawan Kebencanaan BNPB, 2015). Latihan keras. Disiplin tinggi. Semangat dan ilmu dari Situbondo itu disebarluaskan ke seluruh provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan desa:
Peralatan: mandiri.
Operasional: swadaya.
Semangat: tak tergantikan.
Peralatan: mandiri.
Operasional: swadaya.
Semangat: tak tergantikan.
Dunia Melihat, Indonesia Kadang Lalai
Senkom jarang tampil di media besar. Tapi dunia menoleh.
Pada masa kepemimpinan HM Sirot, Senkom tiga kali diundang dan mendapat penghargaan dari PBB atas kontribusinya dalam Penanggulangan Bencana Berbasis Komunitas. Bayangkan: sebuah ormas Indonesia, yang dibentuk dari semangat kerelawanan, dihargai oleh dunia karena mereka berhasil mengatur sistem tanggap darurat berbasis masyarakat tanpa menggantungkan diri pada negara.
Ketua Umum Senkom DR. H. katno Hadi, selama periode kepemimpinannya melanjutkan berbagai program dan melakukan sejumlah inovasi, dan membawa organisasi semakin melesat dengan berbagai pencapaian baru.
Ketua Umum Senkom DR. H. katno Hadi, selama periode kepemimpinannya melanjutkan berbagai program dan melakukan sejumlah inovasi, dan membawa organisasi semakin melesat dengan berbagai pencapaian baru.
Apresiasi lain berdatangan, dari lembaga nasional hingga luar negeri. Tapi Senkom tak pernah jumawa. Mereka tetap hadir di pinggir-pinggir jalan, di tenda-tenda darurat, di titik-titik rawan konflik, dengan logistik pribadi dan semangat pengabdian yang tak berubah.
Ke BNPB, Menuju Etape Berikutnya
Maka silaturahmi antara Ketua Umum Senkom dan Kepala BNPB kali ini bukan basa-basi. Tapi bagian dari perjalanan panjang organisasi yang ingin menegaskan: mereka siap menjadi bagian dari sistem negara. Bukan rival. Tapi mitra. Bukan beban. Tapi pilar.
Apalagi kini Senkom tengah membangun markas besar baru di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Tempat bersejarah yang kini jadi tapak baru bagi semangat baru. Dari tempat yang dikenal namanya yag bersinggungan dengan sejarah kelam menjadi pusat kesiapsiagaan nasional berbasis relawan.
Saya percaya, Senkom yang kini telah berusia 21 tahun, adalah ormas masa depan: disiplin, mandiri, dan tak tergoda pragmatisme. Jika negara ingin sistem pertahanan rakyat semesta benar-benar bekerja, maka ormas seperti Senkom bukan hanya perlu dirangkul. Tapi diberi tempat strategis dalam sistem.
Karena bangsa ini tidak hanya butuh kekuatan senjata. Tapi juga kekuatan hati. Dan Senkom punya itu—dalam jumlah yang besar, tersebar, dan tak mengenal pamrih.
---
Catatan penulis:
Sebagai mantan Humas Nasional Senkom yang menyaksikan dari dalam, saya tahu satu hal: kepercayaan tidak bisa dibeli. Ia dibangun. Dan Senkom membangunnya dengan keringat, disiplin, dan kerendahan hati. Tidak semua ormas bisa seperti ini. Tapi saya percaya, jika banyak yang meniru model Senkom, Indonesia akan jauh lebih aman dan tangguh.
Foto-foto: Dok. Senkom
Foto-foto: Dok. Senkom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar