GENERASI-ID | JAKARTA — Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur mendorong masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan sekaligus memperkuat peran aktif dalam memantau keberadaan warga negara asing (WNA), tenaga kerja asing (TKA), hingga organisasi masyarakat (ormas) asing. Pesan itu disampaikan Wakil Wali Kota Jakarta Timur, Kusmanto, S.Sos., MSI., saat membuka kegiatan Peningkatan Peran dan Fungsi Masyarakat dalam Pemantauan dan Pengawasan Orang Asing, Senin (17/11/2025), di Hotel Vasaka, Cawang.
Dalam sambutannya, Kusmanto, menekankan bahwa Jakarta—yang kini bertransformasi menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ)—akan memasuki fase baru sebagai kota global dengan mobilitas penduduk lintas negara yang semakin tinggi. Perubahan ini, menurut dia, membawa peluang ekonomi, tetapi sekaligus membuka ruang bagi risiko keamanan dan kerawanan sosial.
“Jakarta adalah etalase Indonesia. Apa pun yang terjadi di Jakarta akan menjadi perbincangan dunia. Karena itu menjaga keamanan dan ketertiban merupakan tanggung jawab kolektif,” kata Kusmanto
Mobilitas Asing Meningkat
Kusmanto menjelaskan bahwa perubahan lanskap kota global akan meningkatkan arus perpindahan WNA, baik melalui jalur investasi, pendidikan, maupun tenaga kerja asing. Kebijakan pemerintah pusat melalui Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 yang mempermudah perizinan TKA, menurut dia, turut berpengaruh pada meningkatnya aktivitas orang asing di Ibu Kota.
Ia menyinggung sejumlah kasus kriminalitas yang beberapa tahun terakhir mencuat dan melibatkan WNA di wilayah DKI Jakarta, termasuk penipuan berbasis telekomunikasi hingga penyalahgunaan izin tinggal.
“Maraknya kasus kriminal yang dilakukan warga asing harus menjadi perhatian bersama. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan masyarakat,” ujarnya.
Konteks Stabilitas Sosial-Politik
Sebagai pusat aktivitas nasional—mulai dari ekonomi, politik, hingga keberadaan organisasi masyarakat dan partai politik—Jakarta kerap menjadi barometer bagi kondisi sosial-politik nasional. Munjirin menilai, dinamika tersebut mengharuskan masyarakat untuk lebih peka terhadap potensi gesekan sosial maupun indikasi aktivitas asing yang berpotensi mengganggu stabilitas daerah.
“Saudara-saudara adalah garda terdepan yang memonitor kondisi sosial-politik di lingkungan masing-masing. Peran masyarakat kini semakin strategis untuk menjaga stabilitas daerah,” ucapnya di hadapan peserta yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuda dari lima kecamatan.
Penguatan Pemahaman Publik
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Suku Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jakarta Timur ini menghadirkan narasumber dari Kantor Imigrasi Kelas I TPI Jakarta Timur, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DKI Jakarta, dan akademisi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta. Peserta mendapatkan materi mengenai pola pengawasan orang asing yang sesuai aturan, mekanisme pelaporan, hingga pencegahan potensi radikalisme yang dapat berangkat dari jaringan asing.
Kusmanto berharap kegiatan tersebut menjadi dasar bagi masyarakat dalam melaksanakan pengawasan di lingkungannya. “Saya berharap kegiatan ini menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas Saudara di lapangan—untuk Jakarta yang aman, kondusif, dan tetap menjadi kebanggaan bangsa,” katanya.
Acara tersebut dihadiri oleh jajaran pejabat wilayah, perwakilan lima kecamatan, serta elemen masyarakat dari berbagai latar belakang.
Distribusi WNA di Jakarta Timur
Data Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur menunjukkan bahwa jumlah WNA yang tinggal di wilayah ini mencapai 780 orang pada semester I 2025. Cakung menjadi kecamatan dengan populasi WNA terbanyak, yakni sekitar 180–210 orang, disusul Pulo Gadung dengan 120–150 orang. Keduanya merupakan kawasan industri yang menyerap tenaga teknis asal Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan India.
Adapun kecamatan seperti Duren Sawit, Jatinegara, dan Kramat Jati ditempati WNA yang umumnya berstatus pendamping keluarga, guru, atau tenaga profesional sektor jasa. Kecamatan Pasar Rebo tercatat sebagai wilayah dengan jumlah WNA paling sedikit, yakni sekitar 30–40 orang.
Dari sisi asal negara, WNA di Jakarta Timur didominasi kawasan Asia, terutama Tiongkok (26 persen), Jepang (18 persen), Korea Selatan (12 persen), dan India (10 persen). Sebagian kecil lainnya berasal dari Eropa, Australia, dan Timur Tengah.
Meski jumlahnya meningkat dibandingkan 2021, konsentrasi WNA di Jakarta Timur masih lebih rendah dibanding Jakarta Selatan yang memiliki fasilitas hunian internasional, sekolah asing, dan komunitas ekspatriat yang lebih mapan.
Laporan: Ida Farida | Editor: Mahar Prastowo


Tidak ada komentar:
Posting Komentar