GENERASI-ID 🇮🇩 | Jambi — Suasana Sabtu malam di Pondok Pesantren Tawakal Kota Jambi tak sekadar menjadi waktu istirahat bagi para siswi. Di bawah cahaya lampu aula yang hangat, mereka justru sibuk berdiskusi, mencurahkan isi hati, memberi saran, hingga mengajukan masukan dalam forum evaluasi mingguan yang rutin digelar setiap pekan.
Kegiatan yang berlangsung usai salat Isya hingga pukul 21.00 WIB ini menjadi ruang dialog terbuka antara santri, para Pamong, dan pihak pengelola pondok. Bukan sekadar kegiatan formalitas, forum ini telah menjadi tradisi penting dalam menjaga dinamika kehidupan pesantren tetap sehat dan reflektif.
"Kami ingin para santri merasa didengar dan dilibatkan dalam perbaikan suasana belajar dan pembinaan. Ini bagian dari pendidikan karakter yang kami bangun," ujar Ibu Ike, salah satu Pamong Pondok Pesantren Tawakal.
Seluruh keluhan, ide, maupun masukan yang disampaikan dalam forum tersebut dicatat secara sistematis. Laporan hasil evaluasi kemudian dikaji oleh pihak pesantren untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan. Tak hanya berhenti di internal, laporan ini juga disampaikan kepada para orang tua atau wali siswi sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas lembaga.
Langkah ini menunjukkan bahwa pendidikan di Pondok Pesantren Tawakal tidak hanya mengedepankan aspek kognitif dan spiritual, tetapi juga membangun budaya partisipatif yang demokratis. Para santri dilatih untuk menyampaikan pendapat secara santun, belajar mendengarkan satu sama lain, serta terbiasa melakukan refleksi diri — nilai-nilai yang menjadi fondasi penting dalam pendidikan karakter abad ke-21.
“Kami percaya bahwa forum seperti ini melatih santri untuk menjadi pribadi yang komunikatif dan solutif. Tidak semua pesantren membuka ruang dialog terbuka seperti ini,” ujar seorang wali santri yang mengapresiasi kegiatan tersebut.
Forum evaluasi mingguan ini menjadi cermin bagaimana lembaga pendidikan berbasis pesantren dapat terus relevan dengan semangat zaman, dengan tetap menjunjung nilai-nilai keislaman, kebersamaan, dan keberdayaan.
Laporan Romli | Editor: Mahar Prastowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar