Notification

×

Iklan

Iklan

Header Ads

Silaturahmi Forkopimkot Jakarta Timur dengan Ormas, Upaya Kolaboratif Cegah Premanisme

Jumat, Mei 16, 2025 | 16.43 WIB | Last Updated 2025-05-19T09:48:44Z
 
Polres Jaktim Rangkul Ormas: Upaya Kolaboratif Menggoyang Status Quo Jalanan


GENERASI-ID | Jakarta Timur — Pendekatan aparat terhadap premanisme di Jakarta Timur kini tak lagi sekadar gebrakan senyap di malam hari. Polres Metro Jakarta Timur memilih jalan lain: berdialog dengan mereka yang selama ini dianggap bagian dari masalah—organisasi masyarakat alias ormas.

Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly, Kapolres Metro Jakarta Timur, menyebut langkah ini sebagai bentuk “silaturahmi strategis” untuk mengubah lanskap keamanan di wilayah rawan.

"Ormas yang ada di Jakarta Timur, sudah pernah kami bersilaturahmi dengan mereka dan kami sudah membuat komitmen untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya seperti premanisme," ujarnya, Jumat (16/5).

Pernyataan itu mengemuka dalam suasana yang semakin panas oleh keresahan warga soal aksi preman berkedok juru parkir, penagih utang ala "mata elang", hingga pungutan liar yang merajalela di pasar dan terminal.


Strategi Baru: Diplomasi Jalanan

Dalam beberapa bulan terakhir, Polres Jaktim menggelar sejumlah pertemuan tertutup dengan tokoh-tokoh ormas besar: Forum Betawi Rempug (FBR), Pemuda Pancasila (PP), Forkabi, Laskar Merah Putih (LMP), GP Ansor, hingga BPPKB Banten.

Tujuannya tak muluk: mengajak mereka mendukung program kemasyarakatan dan meninggalkan aksi yang selama ini melekat pada citra premanisme.

"Kami ingin mereka jadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," kata Nicolas.

Namun, langkah ini bukan tanpa risiko. Sejumlah pengamat menyebut, merangkul ormas yang selama ini punya reputasi keras di lapangan, berpotensi memperkuat legitimasi kekuasaan informal yang tidak selalu sejalan dengan hukum.


Dari Preemtif ke Represif

Upaya Polres Jaktim sejalan dengan operasi terpadu yang tengah digelar Polda Metro Jaya. Operasi itu, menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, melibatkan tiga pendekatan: preemtif, preventif, dan represif.

"Operasi ini bukan semata soal penindakan. Kami mulai dengan edukasi kepada masyarakat, lalu pengawasan intensif di titik-titik rawan, hingga akhirnya penegakan hukum bila diperlukan," kata Ade Ary.

Beberapa pelaku premanisme sudah dijaring dalam operasi sebelumnya. Termasuk yang dituding melakukan perampasan di jalanan, intimidasi kepada pedagang, hingga kekerasan kepada warga. "Itu sudah masuk ranah pidana. Dan kita kejar terus," kata Nicolas tegas.


Mata Elang, Liar di Jalanan

Salah satu sorotan adalah kelompok penagih utang bergaya gerombolan jalanan, yang dikenal sebagai mata elang. Mereka kerap mendekati debitur kendaraan bermotor di jalanan, dan dengan tekanan bahkan kekerasan, menarik kendaraan yang dianggap bermasalah kreditnya.

“Itu bukan lagi urusan perdata, itu kriminal. Perampasan disertai kekerasan,” ujar Nicolas.

Kelompok ini sering diasosiasikan dengan jaringan informal yang punya koneksi kuat ke lapangan, bahkan ke beberapa simpul ormas. Inilah yang membuat pendekatan Polres Jaktim—merangkul ormas—menjadi menarik sekaligus penuh teka-teki.


Menggandeng atau Menjinakkan?

Langkah Polres Jaktim ini laksana memainkan simfoni dalam ruang penuh ranjau. Bila berhasil, bisa menjadi model pendekatan restoratif terhadap keamanan urban. Namun bila gagal, justru bisa menciptakan struktur kuasi-negara dalam tubuh masyarakat: di mana ormas menjadi penegak “keamanan” dengan standar ganda.

"Yang harus digarisbawahi adalah penegakan hukum tetap harus jadi panglima. Merangkul ormas bukan berarti melepas kontrol atau kompromi terhadap kejahatan,” kata seorang sumber internal di Polda Metro Jaya yang enggan disebutkan namanya.


Pelajaran dari Masa Lalu

Jakarta bukan pertama kalinya melihat ormas dijadikan mitra keamanan. Di masa lalu, praktik ini telah menciptakan zona abu-abu antara pengamanan dan pemerasan. Contoh paling nyata adalah kasus penguasaan lahan parkir dan keamanan proyek oleh oknum yang mengatasnamakan ormas.

Kini, dengan deklarasi komitmen bersama, Polres Jaktim tampaknya ingin membalikkan cerita lama itu. Tapi akankah diplomasi ini berhasil menjinakkan watak jalanan yang keras dan penuh kepentingan?

Sementara warga Jakarta Timur hanya bisa berharap satu hal sederhana: aman, tanpa syarat.


Catatan Redaksi:
Jurnalisme ini memotret dinamika antara aparat dan kekuatan sosial di tingkat lokal. Bila Anda memiliki informasi atau pengalaman tentang premanisme atau kolaborasi ormas dengan aparat di wilayah Anda, silakan kirimkan ke https://wa.me/6285773537734




  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update