GEN-ID | Bali – Sebagaimana yang ditayangkan di akun Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), terlihat bahwa ia meninjau langsung Bali Beach Conservation Project Phase II – Package 2: Kuta–Legian–Seminyak pada Senin, 13 Oktober 2025. Proyek ini merupakan langkah strategis pemerintah untuk mengantisipasi abrasi, menjaga garis pantai, dan melindungi kegiatan ekonomi masyarakat pesisir.
Gambaran Proyek dan Tujuan
Proyek konservasi ini mencakup pembangunan brake water (pemecah gelombang) serta revitalisasi bibir pantai sepanjang ± 5,3 kilometer di sepanjang kawasan Kuta hingga Seminyak. (sesuai pengantar AHY).
Menurut penjelasan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Package 2 meliputi pengisian pasir (sand nourishment) sebesar 610.000 m³ serta pembangunan empat breakwater baru sebagai struktur pengaman utama.
Metode ini digunakan untuk mengembalikan morfologi pantai yang telah terseret oleh gelombang laut dan untuk memperkuat perlindungan pantai dalam jangka menengah hingga jangka panjang.
Menurut Wakil Menteri PUPR Diana Kusumastuti, proyek ini terdiri atas dua paket utama:
* Paket 1 (Candidasa): mencakup konservasi pantai sepanjang ± 5,5 km, termasuk pembangunan struktur revetment, sand nourishment, penataan lanskap, dan pemeliharaan struktur eksisting.
* Paket 2 (Kuta–Legian–Seminyak): fokus pada pemulihan garis pantai dengan metode sand nourishment sebesar 610.000 m³ dan konstruksi breakwater baru.
Lokasi proyek berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, dan dikerjakan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali–Penida. Skema pendanaan proyek melibatkan skema pinjaman dari JICA (Japan International Cooperation Agency).
Anggaran, Kontrak, dan Progres
Beberapa media melaporkan bahwa nilai proyek untuk Paket II (Kuta–Legian–Seminyak) berada di kisaran Rp 267 miliar dengan masa pelaksanaan selama 730 hari kalender (± 2 tahun).
Namun di sisi lain, laporan lain menyebut bahwa anggaran konservasi pantai di kawasan ini mencapai Rp 249 miliar dalam tahapan yang akan berlangsung hingga 2026.
Menurut media Liputan6, proyek breakwater di pantai Kuta hingga Seminyak senilai sekitar Rp 260 miliar telah disetujui, disertai pembangunan lima unit breakwater dan pengisian pasir terkoordinasi.
Dari sisi pelaksanaan, progres proyek telah mencapai sekitar 18 persen pada tahap awal, dan diharapkan rampung pada akhir 2026.
Menurut laporan konstruksi media, sejak awal tahun 2025 telah dimulai pembangunan akses sementara serta penataan material batu (boulder) yang nantinya akan digunakan sebagai material breakwater.
Konstruksi diperkirakan tengah melewati tahap persiapan, pembongkaran struktur eksisting, hingga modifikasi zona perairan sebelum pemasangan struktur utama.
Tantangan, Risiko & Implikasi
* Pemilihan material pasir sangat krusial agar sesuai dengan karakteristik pasir asli kawasan. Untuk itu, pasir sumber diambil dari perairan Jimbaran yang secara fisik menyerupai pasir pantai Kuta–Legian–Seminyak.
* Pekerjaan konstruksi dilakukan di area padat wisata, sehingga harus menyesuaikan jam kerja agar tidak mengganggu operasional pariwisata dan mobilitas masyarakat lokal.
* Akses material lewat laut dan darat perlu koordinasi intensif agar tidak berdampak negatif pada lingkungan lokal dan ekonomi masyarakat pesisir.
* Fungsi breakwater harus dirancang agar tidak mengganggu pola ombak bagi aktivitas selancar di bagian pantai utara, yang masih menjadi favorit peselancar.
Implikasi Ekonomi dan Sosial
* Jika tidak segera ditangani, abrasi di kawasan Kuta–Legian–Seminyak dapat mengikis bibir pantai hingga beberapa meter per tahun, mengancam usaha wisata pantai, foto spot wisata, dan akses publik pantai.
* Secara ekonomi, kerusakan pantai akan berdampak ganda: kehilangan fungsi estetika pantai yang menarik wisatawan dan potensi kerugian bagi usaha hotel, restoran, dan UMKM yang bergantung pada kunjungan pantai.
* Proyek konservasi ini memiliki potensi untuk menjadi model konservasi pantai yang bisa direplikasi di kawasan pesisir lain di Indonesia dengan karakter abrasi serupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar