JAMBI – Drama pengelolaan olahraga Jambi kembali mencuat, dan kali ini panggungnya lebih panas dari sebelumnya. Setelah sekian lama publik disodori janji-janji manis soal pembinaan atlet, kini yang tampak justru sandiwara lobi yang berujung antiklimaks.
Jajaran elit KONI Provinsi Jambi—yang selama ini digadang-gadang sebagai “kumpulan pendekar politik” alias Ring 1-nya Gubernur—ternyata tak bertaji saat harus mengurus satu hal paling fundamental: anggaran Porprov 2026.
Dan komentar paling telak datang dari tokoh olahraga Jambi, Habib Ahmad Syukri Baraqbah, S.HI, yang menyulut api kritik hingga ke akar persoalan.
“Katanya Singa, Tapi Suaranya Meong”
Dalam pernyataan pedasnya, Habib Syukri menyentil keras citra mewah para petinggi KONI yang selama ini diklaim punya akses istimewa ke pucuk kekuasaan.
“Saya heran. Selama pemilihan Ketua KONI, mereka tampil seperti singa—galak, penuh tenaga, dan lobi ke mana-mana. Tapi giliran mengurus anggaran Porprov, kok tiba-tiba suaranya cuma ‘meong’? Ini lucu sekaligus memalukan.”
Habib menilai label “Ring 1” hanya sebatas dekorasi politik tanpa fungsi nyata ketika menyangkut kepentingan atlet.
“Kalau kedekatan dengan Gubernur itu nyata, mestinya anggaran Porprov bukan jadi masalah. Atau jangan-jangan kedekatan itu hanya sah berlaku saat rebutan kursi, bukan saat bekerja?”
Dana Multiyears Lancar, Dana Atlet Tersandar: ‘Keajaiban Anggaran’ ala Jambi
Habib Syukri juga mengungkap ironi yang semakin membuat publik mengernyit: proyek-proyek mercusuar multiyears—yang nilainya triliunan—berjalan mulus tanpa hambatan, sementara event olahraga terbesar provinsi justru digantungkan alasan defisit.
“Infrastruktur bisa disuntik anggaran berkali-kali tanpa banyak ribut. Tapi keringat atlet? Mendadak dianggap beban. Porprov—yang seharusnya sakral—disuruh menunggu. Ini kebijakan macam apa?”
Ia mempertanyakan arah pembangunan yang terlalu menonjolkan beton dan aspal, tetapi tidak mengalokasikan ruang untuk pergerakan atlet.
“Jambi mau bangun apa sih? Museum olahraga? Stadion megah tanpa atlet berprestasi itu cuma monumen dari kegagalan berpikir.”
Habib Syukri: Ini Bukan Defisit Uang, Ini Defisit Nalar
Habib menegaskan bahwa penundaan Porprov bukan hanya persoalan anggaran, tetapi menunjukkan ketidakmampuan manajerial dan minimnya visi di tubuh KONI.
Ia mengingatkan bahwa UU No. 11/2022 tentang Keolahragaan secara tegas mengamanatkan pembinaan yang berkelanjutan dan terencana.
“Kalau sudah tahu Porprov wajib, kenapa tidak antisipasi dari awal? Kenapa saat kampanye pemilihan Ketua KONI bisa lari maraton, tapi saat urusan anggaran cuma kuat jalan-jalan santai? Ini jelas gagal perencanaan, gagal eksekusi, dan gagal memahami aturan.”
“Ring 1 atau Ring Satu Persen Kapasitas?”
Sebagai penutup, Habib Syukri melontarkan kritik paling telak yang membuat pernyataannya viral di ruang diskusi olahraga Jambi.
“Kalau kalian tidak mampu melobi bos sendiri, lantas apa gunanya berada di Ring 1? Jangan sampai Ring 1 itu artinya Ring Satu Persen Kapasitas. Publik Jambi butuh pengurus yang bisa bekerja, bukan yang hanya pandai foto dan rapat.”
Ia juga mengingatkan bahwa kesabaran atlet dan masyarakat ada batasnya.
“Kembalikan marwah olahraga Jambi. Atau silakan mundur teratur sebelum kalian mundurkan masa depan atlet.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar